Pembangkit Listrik Geothermal Panas Bumi

Energi Geotermal atau Energi Panas Bumi

Energi geotermal memanfaatkan panas yang terkandung di dalam bumi. Banyak sekali embangkit-pembangkit listrik saat ini menggunakan batubara dan diesel lewat pembakaran. Pembakaran batu bara dan diesel ini kemudian menghasilkan kalor/panas yang kemudian diubah menjadi listrik. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTB), kalor/panas yang tadinya disediakan oleh pembakaran batu bara, kini disediakan oleh panas bumi.

Semakin ke bawah (semakin dalam dari tanah), bumi semakin panas. Akan tetapi, suhu bumi ini berbeda-beda tergantung letaknya secara geografi. Di daerah-daerah pegunungan kenaikan suhu di bawah permukaan tanah jauh lebih cepat daripada di daerah dataran rendah. Seiring makin panasnya bumi di tempat yang makin dalam, pada suatu titik, bumi sedemikian panas sehingga batu-batu mencair—kita sebut batuan cair ini “magma”.

Untuk mengambil panas bumi ini, kita menyuntikkan air ke dalam tanah sampai kedalaman yang cukup untuk membuatnya mendidih. Di daerah pegunungan, suhu bumi di kedalaman 4 sampai 5 km, suhu bumi sudah di atas 100oC. Namun untuk alasan ilmiah, air disuntikkan lebih dalam lagi.

Air yang mendidih dan berubah menjadi uap ini kemudian bergerak naik, seperti uap air dari ketel/ceret/panci yang mendesak naik setelah mendidih. Para insinyur membuatkan jalan/lobang/saluran bagi uap ini untuk naik ke atas. Di permukaan tanah, uap panas inilah yang selanjutnya menggerakan turbin dan generator yang pada akhirnya menghasilkan listrik. Air atau uap yang keluar dari turbin kemudian dimasukkan lagi ke dalam tanah untuk dipanaskan kembali di dalam bumil

Suatu hal yang menarik saya baca dari artikel harian Kompas berjudul “Memanen Aren dari Panas Bumi” beberapa hari lalu. Di sebuah lokasi pembangkit listrik tenaga panas bumi, yaitu di kelurahan Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara, warga memanfaatkan “limbah” pembangkit listrik untuk menghasilkan aren. Karena uap keluar dari dari turbin masih sangat panas, para petani aren memasang pipa untuk uap panas itu untuk memanaskan air nira. Ketika air nira dipanaskan, terbentuklah gula aren. Di artikel tersebut dikatakan, sebanyak 6.285 petani menikmati “limbah” ini dan menyelamatkan 200 pohon yang tadinya digunakan sebagai kayu bakar untuk memanaskan air nira. Sangat menarik! Bukan hanya menyediakan energi yang lebih murah dan ramah lingkungan, energi baru juga berpotensi meningkatkan perekonomian dan menyelamatkan lingkungan.

Tak diragukan lagi, Indonesia yang terletak di cincin api dunia—jajaran gunung-gunung api paling aktif di muka bumi, merupakan tempat yang tenaga panas buminya melimpah ruah. Tak heran, saat ini Indonesia sudah mampu merancang dan membangun PLT Panas Bumi secara mandiri tanpa bantuan yang besar dari pihak asing. Sebuah prestasi yang patut kita banggakan. Puluhan PLT Panas Bumi seperti PLTPB Dieng, Wayang Windu, Kamojang, dan Lahendong sudah mulai melepaskan kita dari perbudakan bahan bakar fosil. Kita berharap penguasaan teknologi kita makin maju dan penggunaan panas bumi semakin optimal.

  ©RenewableEnergyOnline.Blogspot.Com - Todos os direitos reservados.

Template Modifikasi Papih DuL | Topo